Selasa, 02 Juli 2013

Burung-burung Gagak di atas Orchard Road

Nama                           : Rachmat Utomo
Nim                              : 095200138
Kelas/Angkatan            : E/2009
Mata Kuliah                 : Kritik dan Esai Sastra
Dosen                          : DR. M. Shoim Anwar, M.Pd.
Judul Cerpen                : Burung-burung Gagak di atas Orchard Road

Hitam Legam

Kritik dan Esai
Antologi cerpen karya Soim Anwar, memang memiliki khas tersendiri dalam menciptakkaan dan merangkai kata-kata menjadi kalimat yang lugas, padat, dan tentunya intonasi yang terjadi di dalam kalimat memiliki unsur keindahan. Hal itu, terdapat disalah satu judul cerpen “Burung-burung Gagak di atas Orchard Road”. Cerita yang diungkapkan penyair dalam cerpen “Burung-burung Gagak di atas Orchard Road” mengigatkan pada film luar negri “the broune”, yang dikisahkan tokoh utama dianggap teroris sekaligus pembunuh dikejar-kejar oleh aparat polisi. Kemudian juga terdapat sebuah lagu karya anak banga yang dinyanyikan oleh band unggu berjudul “dimanakah”, yang dikisahkan seorang manusia yang telah berbuat dosa dan bersembunyi, namun dimata Allah akan terlihat.
Dari sekilas flim “the broune” dan lagu unggu “dimanakah”, semua kisah dijadikan satu dalam cerpen “Burung-burung Gagak di atas Orchard Road”. Tokoh aku dan Boi digambarkan oleh penyair terjerumus oleh dunia hitam dengan watak, penjahat. Tokoh aku dan Boi memiliki watak penjahat, mereka seorang pembunuh bayaran. Mereka ditugaskan untuk membunuh target yang sudah ditentukan. Sebagai kutipan berikut  ini:
“Esok paginya kejadian itu terbeber di koran. Burhan Notonegoro telah tiada. Hari itu pula semua janji pada terpenuhi. Ada transfer masuk. Saldo rekening kami melonjak. Dia, sengaja tak kusebut nama dan identitasnya, mengucapkan terima kasih pada kami.”
Di samping itu watak pintar, penyayang, dan tak tenang (binggung), juga                    dihadirkan dalam  cerita cerpen tersebut. Sebagai kutipan berikut:
Aku dan Boi si pintar ahli strategi:
“Burhan berbelok mengarah jalan Kamboja. Meski lampu-lampu jalan meremang, mobil itu tekah lama kami kenal. Sebentar lagi lajunya akan sampai bundaran dekat kampus dan kecepatanya pasti berkurang. Jam-jam begini lalu lintas di situ lumayan sepi.”
 Tokoh Aku dan Boi si penyayang:
Tokoh aku:
““Kamu kunci hidupku. Aku akan mengamankan diri. Hanya kau yang tahu. jangan bilang siapa-siapa,” kataku pada Elina sebelum pergi.”
Tokoh Boi:
“Boi ceroboh, dia menelepon istrinya berkali-kali di wartel yang sama, padahal dia sudah menjadi daftar pencarian orang.”
Tokoh aku yang tak tenang:
Di sinilah letak kemenarikan cerpen tersebut. Penyair seolah-olah bermain-main dengan kondisi psikologis tokoh aku, sering dibicarakan oleh penyair dengan digunakan objek burung gagak. Burung gagak biasanya diidentikan dengan “kematian” atau “malaikat penjabut nyawa”. Berulang kali pindah tempat guna menghindar kejaran polisi, di tempat ia tinggal pulalah selalu bertemu burung gagak. Untuk terkahirnya, tokoh aku dimakan oleh burung gagak. Sebagai kutipan berikut ini:
“Beribu-ribu burung gagak dalam lorong menyerbu diriku secara serentak. Kulit tubuhku disobek-sobek hingga habis. Daging tubuhku dibuat pesta pora.”
Dari kisah di atas, tokoh aku ataupun si Boi hidupnya seperti hitam legam, meskipun berhasil lari dari kejaran polisisi, hidupnya tidak tenang, berpindah-pindah tempat. Hitam legam menggambarkan kegelapan disetiap diri manusia yang terjerumus oleh bisikan nafsu duniawi, “melakukan kegiatan apapun asalkan mendapatkan yang diinginkan.”
v  Kelebihan dan kelemahan
No
Kelebihan
Kelemahan
1)
Penyair dengan cirri kahsnya selalu bermain dengan intonasi kata yang serasi.
Cerpen tersebut terasa dibuat-buat seperti dalam adegan flim.
2)
Penyair lebih condong bermain-main dengan kondisi psikologis tokoh aku.
Cerita di awal dan tengah mudah ditebak.
3)
Di tengah cerita sering diceritakan kisah masa lampau.