Nama :
Rachmat Utomo
Nim :
095200138
Kelas/Angkatan :
E/2009
Mata Kuliah :
Kritik dan Esai Sastra
Dosen :
DR. M. Shoim Anwar, M.Pd.
Judul Cerpen :
Burung-burung Gagak di atas Orchard Road
Hitam
Legam
Kritik dan Esai
Antologi
cerpen karya Soim Anwar, memang memiliki khas tersendiri dalam menciptakkaan
dan merangkai kata-kata menjadi kalimat yang lugas, padat, dan tentunya
intonasi yang terjadi di dalam kalimat memiliki unsur keindahan. Hal itu,
terdapat disalah satu judul cerpen “Burung-burung Gagak di atas Orchard Road”.
Cerita yang diungkapkan penyair dalam cerpen “Burung-burung Gagak di atas
Orchard Road” mengigatkan pada film luar negri “the broune”, yang dikisahkan
tokoh utama dianggap teroris sekaligus pembunuh dikejar-kejar oleh aparat polisi.
Kemudian juga terdapat sebuah lagu karya anak banga yang dinyanyikan oleh band
unggu berjudul “dimanakah”, yang dikisahkan seorang manusia yang telah berbuat
dosa dan bersembunyi, namun dimata Allah akan terlihat.
Dari
sekilas flim “the broune” dan lagu unggu “dimanakah”, semua kisah dijadikan
satu dalam cerpen “Burung-burung Gagak di atas Orchard Road”. Tokoh aku dan Boi
digambarkan oleh penyair terjerumus oleh dunia hitam dengan watak, penjahat. Tokoh
aku dan Boi memiliki watak penjahat, mereka seorang pembunuh bayaran. Mereka
ditugaskan untuk membunuh target yang sudah ditentukan. Sebagai kutipan
berikut ini:
“Esok
paginya kejadian itu terbeber di koran. Burhan Notonegoro telah tiada. Hari itu
pula semua janji pada terpenuhi. Ada transfer masuk. Saldo rekening kami
melonjak. Dia, sengaja tak kusebut nama dan identitasnya, mengucapkan terima
kasih pada kami.”
Di
samping itu watak pintar, penyayang, dan tak tenang (binggung), juga dihadirkan dalam cerita cerpen tersebut. Sebagai kutipan
berikut:
Aku
dan Boi si pintar ahli strategi:
“Burhan
berbelok mengarah jalan Kamboja. Meski lampu-lampu jalan meremang, mobil itu
tekah lama kami kenal. Sebentar lagi lajunya akan sampai bundaran dekat kampus
dan kecepatanya pasti berkurang. Jam-jam begini lalu lintas di situ lumayan
sepi.”
Tokoh Aku dan Boi si penyayang:
Tokoh
aku:
““Kamu
kunci hidupku. Aku akan mengamankan diri. Hanya kau yang tahu. jangan bilang
siapa-siapa,” kataku pada Elina sebelum pergi.”
Tokoh
Boi:
“Boi
ceroboh, dia menelepon istrinya berkali-kali di wartel yang sama, padahal dia
sudah menjadi daftar pencarian orang.”
Tokoh
aku yang tak tenang:
Di
sinilah letak kemenarikan cerpen tersebut. Penyair seolah-olah bermain-main
dengan kondisi psikologis tokoh aku, sering dibicarakan oleh penyair dengan
digunakan objek burung gagak. Burung gagak biasanya diidentikan dengan
“kematian” atau “malaikat penjabut nyawa”. Berulang kali pindah tempat guna
menghindar kejaran polisi, di tempat ia tinggal pulalah selalu bertemu burung
gagak. Untuk terkahirnya, tokoh aku dimakan oleh burung gagak. Sebagai kutipan
berikut ini:
“Beribu-ribu
burung gagak dalam lorong menyerbu diriku secara serentak. Kulit tubuhku
disobek-sobek hingga habis. Daging tubuhku dibuat pesta pora.”
Dari kisah di atas, tokoh
aku ataupun si Boi hidupnya seperti hitam legam, meskipun berhasil lari dari
kejaran polisisi, hidupnya tidak tenang, berpindah-pindah tempat. Hitam legam
menggambarkan kegelapan disetiap diri manusia yang terjerumus oleh bisikan
nafsu duniawi, “melakukan kegiatan apapun asalkan mendapatkan yang diinginkan.”
v Kelebihan
dan kelemahan
No
|
Kelebihan
|
Kelemahan
|
1)
|
Penyair dengan
cirri kahsnya selalu bermain dengan intonasi kata yang serasi.
|
Cerpen
tersebut terasa dibuat-buat seperti dalam adegan flim.
|
2)
|
Penyair lebih
condong bermain-main dengan kondisi psikologis tokoh aku.
|
Cerita di awal
dan tengah mudah ditebak.
|
3)
|
Di tengah
cerita sering diceritakan kisah masa lampau.
|