BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Kalimat Efektif
2.1.1
Pengertian Kalimat Efektif
1. Menurut
Zaenal Arifin, dkk., (2010:97)
Kalimat
efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali
gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam
pikiran pembicara atau penulis.
2.
Menurut Yeti Mulyati, dkk., (2009:7.6)
Kalimat
efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan informasi dari penulis kepada
pembaca secara tepat, sehingga pembaca bisa memahami informasi yang tersaji
dalam kalimat itu secara tepat pula.
3.
Menurut Wahyu Wibowo, (2007:93)
Kalimat
efektif adalah kalimat yang tersusun secara baik, benar, segar, jelas, bening,
dan tidak berpeluang memunculkan ingar (noise).
4.
http://readone82.blogdetik.com/2009/08/26/kalimat-efektif/
Kalimat efektif
adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat
diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis
/pembicara.
2.1.2
Ciri-ciri Kalimat Efektif (kehematan, kecermatan, dan keparelaan)
1. Kehematan
Kehematan adalah hemat mempergunakan kata, frasa,
atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu (Zaenal, 2010:101). Yeti (2009:7.9)
berpendapat kehematan dalam kalimat efektif merupakan kehematan dalam pemakaian
kata, frase, atau bentuk lainya yang dianggap tidak diperlukan baik yang
berkaitan dengan aspek gramatikal bahasa maupun aspek makna. Unsur-unsur yang
harus diperhatikan dalam memenuhi prinsip kehematan adalah hal-hal berikut.
a. Penghematan
dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Contoh:
1) Karena
ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
2) Hadirin
serentak berdiri setelah mereka
mengetahui bahwa Presiden datang.
3) Gadis
itu segera berlari setelah ia
mengetahui bahasanya mengancamnya.
Perbaikan
kalimat di atas adalah sebagai berikut
1) Karena
tidak diundang, dia tidak datang ke
tempat itu.
2) Hadirin
serentak berdiri setelah mengetahui bahwa Presiden datang.
3) Gadis itu
segera berlari setelah mengetahui bahasaya mengancamnya.
b. Penghematan
dapat dilakukan dengan cara menhindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi
kata.
Contoh:
1) Ia
memakai baju warna merah.
2) Ia
pergi hari kamis kemarin.
3) Adik
lahir pada Bulan Maret 1990.
Perbaikan
kalimat di atas adalah sebagai berikut
1) Ia
memakai baju merah.
2) Ia
pergi kamis kemarin.
3) Adik
lahir pada Maret 1990.
c. Penghematan
dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Contoh:
1) Dia
hanya membawa badanya saja.
2) Sejak
dari pagi dia bermenung.
3) Demi
untuk kampusku tercinta.
Perbaikan
kalimat di atas adalah sebagai berikut
1) Dia
hanya membawa badanya.
2) Sejak
pagi dia bermenung.
3) Demi
kampusku tercinta.
d. Pengehamatan
dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Para tamu-tamu para
tamu
Beberapa orang-orang beberapa orang
Para hadirin hadirin
2.
Kecermatan
Menurut Siti (2007:27) kecermatan artinya kalimat
itu tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata. Wibowo
(2007:101) berpendapat kecermatan yakni cermat menggunakan kata-kata dalam kalimat,
sehingga kalimat tersebut tidak ambigu (menimbulkan tafsiran ganda). Perhatikan
kalimat berikut.
1)
Mahasiswa
perguruan tinggi yang terkenal itu
menerima hadiah.
2)
Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
3)
Istri
kepala bagian kredit Bank BNI yang baru itu belum
lama ini menerima penghargaan dari pemerintah.
Kalimat di atas dapat
diubah menjadi
1) Mahasiswa
yang terkenal itu menerima hadiah.
2) Dia
menerima uang sebanyak seratus ribu
rupiah.
3) Istri baru kepala
bagian kredit Bank BNI yang itu belum lama ini menerima
penghargaan dari pemerintah.
Hal itu disebabkan, pada kalimat (1) siapa yang
terkenal, mahasiswa atau perguruan tinggi), (2) berapa jumlah uang, seratus
ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah, (3) siapa yang baru, istri atau
Bank BNI.
3.
Keparelaan atau Kesejajaran
Menurut Zaenal (2010:99) keparelaan adalah kesamaan
bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama
menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan nomina.
Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Siti (2007:24) berpendapat keperelaan atau kesejajaran adalah terdapatnya
unsur-unsur yang sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang
dipakai di dalam kalimat. Jika suatu ungkapan dinyatakan dalam bentuk kata
kerja (“me-kan” atau “di-kan”), umpamanya, ungkapan berikutnya yang sederajat
harus dinyatakan dalam bentuk kata kerja. Begitu pula, andai suatu bentuk
dinyatakan dalam kata benda “pe-an” atau “ke-an”), bentuk berikutnya juga harus dinyatakan dalam kata benda.
Contoh:
1) Harga
minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
2) Kakakmu
menjadi dosen atau sebagai pengusaha.
3) Demikian
agar ibu maklum, dan atas perhatianya
saya ucapkan terima kasih.
Perbaikan
kalimat di atas adalah sebagai berikut
1) Harga
minyak dibekukan atau dinaikan secara luwes.
2) Kakakmu
menjadi dosen atau menjadi pengusaha.
3) Demikian
agar Ibu maklum, dan atas perhatian Ibu, saya ucapkan terima kasih.