Ketika Realisme Berubah Menjadi Budaya
Naturalisme dalam Sajak Palsu
Karya Agus R. Sarjono
Oleh
Rachmat Utomo 095200138
Membaca sajak palsu
karya Agus R. Sarjono, kita akan dihadapkan pada dunia imaji yang bersifat
nyata, namun menampilkan peristiwa yang miris untuk dipahami. Dalam sajak palsu
karyan Agus R. Sarjono, unsur realisme dan naturalisme sudah dapat ditebak di
baris pertama sampai ketiga, meskipun secara keseluruan juga menggambarkan
unsur tersebut.
Selamat
pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah
dengan
sapaan palsu. Lalu merekapun belajar
sejarah
palsu dari buku-buku palsu. Di akhir sekolah
Dari baris pertama sampai ketiga tidak
lain adalah menggambarkan suasana antara realisme dan naturalisme. Realisme
dapat dikatakan menggambarkan suatu objek nyata yang mengarah kepada hal
positif. Sedangkan naturalisme dapat dikatakan memiliki maksud sebaliknya dari
realisme, yaitu menggambarkan suatu objek nyata yang mengarah kepada hal negatif.
Dari baris pertama sampai ketiga, jika dilihat dari segi suasana tempat
terlihat tutur antara murid dan guru. Namun dalam kenyataananya si murid
melakukan unsur naturalisme dan guru realisme. Dalam hal ini, si murid
menguntungkan diri sendiri dan merugikan si guru, sehingga kemerosotan moral
terjadi kepada si murid, karena beriskap palsu kepada guru. Berbeda dengan
bagian baris ketiga sampai keduabelas.
sejarah
palsu dari buku-buku palsu. Di akhir sekolah
mereka
terpengaruh melihat hamparan nilai mereka
yang
palsu. Karena tak cukup nilai, maka berdatanglah
mereka
ke rumah-rumah bapak dan ibu guru
untuk
menyerhakan amplop berisi perhatian
dan
rasa hormat palsu. Sambil tersipu palsu
dan
membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru
dan
bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu
untuk
mengubah nilai-nilai palsu dengan
nilai-nilai palsu yang baru. Masa sekolah
Pada baris ketiga sampai keduabelas,
unsur reaslime dikalahkan oleh naturalisme. Maksudya sama-sama menujunkkan
kemerotasn moral atau kebobrokan yang dilakukan oleh si murid dan guru dalam kejadian
nyata. Dalam hal ini, pengarang menggambarkan sosok guru juga pernah melakukan
unsur naturalisme terhadap muridnya, dengan memberikan nilai palsu dan menerima
uang suap dari muridnya.
Selanjutnya, dalam
sajak palsu karya Agus R. Sarjono menggambarkan masa depan yang bersifat negatif.
Dampak negatif dilakukan oleh seseorang yang sudah berbuat curang dari awal,
sehingga sifat tersebut tidak bisa dihilangkan dikarenakan seseorang tersebut
terasa puas dan berhasil terhadap apa yang dilakukan. Hal itu terlihat pada
baris ketigabelas sampai ketiga delapan.
nilai-nilai palsu yang baru. Masa sekolah
demi masa sekolah berlalu, mereka lahir
sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu,
ahli pertanian palsu, insinyur palsu.
Sebagian menjadi guru, ilmuwan
atau seniman palsu. Dengan gairah tinggi
mereka menghamburkan ke tengah pembangunan palsu
dengan ekonomi palsu sebagai panglima
palsu. Mereka saksikan
Ramainya perniagaan palsu dengan ekspor
dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan
berbagai barang kelontong kualitas palsu.
Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus
dan hadiah-hadiah palsu tapi diam-diam meminjam juga
pinjaman dnegan ijin dan surat palsu kepada bank
negri
yang dijaga pejabat-pejabat palsu. Masyarakatpun
berniaga
dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Maka
uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu
sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis
yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam
nasib buruk palsu. Lalu orang-orang palsu
meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan
gagasan-gagasan palsu di tengah seminar
dan dialog-dialog palsu manyambut tibanya
demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring
dan palsu.
1998
Pada baris di atas, unsur
realisme sudah tidak terjadi lagi, karena unsur dominan naturalisme lebih menjadi-jadi.
Unsur tersebut disebabkan sifat manusia yang merasa kurang puas, rasa takut
yang berlebihan, sehingga melakukan sesuatu yang buruk untuk kepentingan diri
sendiri. Pengarang menggambarkan setiap elemen tokoh atau sebuah perusahaan
dalam sajak palsu yang mencerminkan naturalisme, seperti ahli ekonom, hukum,
pertanian, guru, ilmuan, insiyur, bank, pejabat dan lain sebagainya, memiliki
sifat naturalisme.
Suatu kenyataan yang
tak dapat dihindari bahwa, jika unsur realisme menjadi budaya naturalisme yang
sudah memfosil dari kecil hingga dewasa akan sulit dihilangkan, hal itu yang
terlihat dalam sajak palsu karya Agus R. Sarjono. Budaya naturalisme tersebut
akan menyebabakan kemerosotan moral, kebobrokan masyarakat, yang disebabkan
oleh manusia yang sering berbuat curang kepada alam semesta ini, yang
sebenarnya akan menimbulkan keburukan terhadap diri sendiri. Oleh karena itu,
fenomena alam yang nyata ini terjadi karena kekutan alam itu sendiri yang tidak
bisa ditampung oleh setiap manusia, sehingga menyebbkan budaya naturalisme.
Sumber Sajak Palsu: http://agusrsarjono.wordpress.com/2007/02/13/sajak-palsu/
kritik_esai_sajak-palsu.html