Jumat, 07 Juni 2013

Puisi Soru


Soru (Solitude Rachmat Utomo)
tak  ada niat untuk mengenang cinta,
di antara taman,
                        sungai, dan
                                          bekas sejarah.
dibawa bayang-bayang,
terbawa kenangan,
ia hilang,
sayup, dan
redup.

Elegi Rachmat Utomo

Puisi Sinta di Selasa Siang



Selasa siang di sebuah taman.
Sepasang kekasih bercumbu kasih.
Selasa siang sinta kuberi kisah Ramayana,
sedih,
sedu, dan
sendu.
Sinta menitihkan air mata mendengar kisah itu.

Sinta,
kau harus ingat,
apabila mata tertutup,
sedikitlah cinta yang kita lihat.
apabila telinga tertutup,
sedikitlah bisik cinta yang kita dengar.
           
            Kukisahkan padamu,
agar kita selalu teringat akan
semesta cinta.

Elegi Rachmat Utomo

kritik dan esai kiai jogoloyo


Kiai Jogoloyo
(Hlm. 209-218)
Oleh: Rachmat Utomo

Ulama adalah panutan bagi masyarakat yang dipilih oleh masyarakat karena dirasa memiliki ilmu yang dalam tentang agama. Seperti ketika Ki Jogoloyo datang ke kampung orang-orang bersiap menyambut ke datangan sang Kiai dengan melalukan ritual kecil kebiasaan masyarakat, di antaranya seluruh jalan kampung dibersihkan, pagar-pagar di cat, Pak Lurah Harmono, Carik Kasnadi, dan Kebayan Sariban sibuki mengurui wargaya, Modin Mudlofar sibuk melatih para pemuda untuk sholawatan, Ibu-ibu PKK menyiapkan jamuan. Hal ini membuktikan kecintaan masyarakat terhadap kiai Jogoloyo.
Kecintaanya masyarakat kepada Kiai Jogoloyo, sampai-sampai bermaksud memasukkan kiai Jogoloyo ke sebuah partai politik. Kiai memang figur yang terkenal, pondoknya dikenal di mana-mana, santri yang datang dari berbagai penjuru, ludahnya dikenal mustajab, bahkan penyakit kronispun dapat disembukan. Apa lagi setelah didatangi pejabat-pejabat partai, pondoknya semakin megah. Sehingga, kiai Jogoloyo pantas masuk ke partai politik, agar dapat mensejeterahkan rakyatnya kelak.
Sekarang Kiai Jogoloyo mempunyai tugas baru sebagai politikus, kemanapun pergi Kiai orang-orang mengikutinya, disambut dengan sholawat badar, dan didapatpula yel-yel yang dilakukan oleh pengurus partai politik. Saatnya Kiai Jogoloyo berpidato di depan khalayak. Orang-orang terkagum dengan pidato Kiai, sampai-sampai salah satu pendukung Kiai berkata, “ Coblos partai Kiai”.
Saat berjalan pulang dari kampanye, Kiai berjalan menyusuri bibir sungai. Pada akhirya, karena angin saat itu bertiup dengan kencang Kiai Jogoloyo terpelantaing ke sungai. Kemudian keesokkan harinya ditulisnya di surat kabar dengan judul utama: Politikus Partai Kecemplung Kali.

kritik dan esai air mata anakku


Nama                     : Rachmat Utomo
NIM                      : 095200138
Kelas/angkatan      : E/2009
Matkul                   : Kritik dan Esai Sastra

Lima Kali Lolos, Satu kali Tidak Lulus

            Sebagai warga yang baik dan bijak, seharusnya memberikan etika yang baik. Hal tersebut, rupa-rupanya tidak berlaku bagi Ayah dari Santi, salah satu anak terakhirnya. Sudah menjadi kebiasaan, Ayah Santi bersifat buruk, seperti benalu yang semakin menjadi-jadi hingga tak tau malu. Semasa mudanya, ia tidak pandai dalam pelajaran sekolah, sering bolos, bahkan ketika ujian akhir, ia di bantu oleh teman dan gurunya agar dia dapat LOLOS. Alhasil, ia LOLOS dari ujian akhir sekolah.
Hebatnya Ayah Santi yang saat mudah itu, jalan menuju kemaksiatan seperti tidak ada hambatan sama sekali, (entah ia berdoa apa kepada Tuhanya). Lebih parahnya lagi, keburukan tersebut di bawa hingga mencari pekerjaan. Setelah LOLOS, ia melamar menjadi pegawai negri sipil, dengan embel-embel bantuan dari kepala kantor yang tidak lain adalah kenalan Ayahnya, teryata ia lolos lagi dan diterima menjadi pegawai negri.
Setelah diterima menjadi pegawai negri, teryata untuk mendapatkan golongan III, ia harus kuliah. Nah, lagi-lagi ia LOLOS dengan nilai sempurnya. Kuliah hanya 2 tahun, masuk sabtu dan minggu terkadang ia jarang masuk, bahkan saat skripsipun yang membuatnya adalah dosennya sendiri. Sekali lagi mottonya “ada uang semua beres”. Terbukti ia LOLOS dan mendapatkan gelar S1.
Teryata golongan III tidak membuatnya puas, ia ingin mendapatkan golongan IV-b. Syaratnya untuk mendapatkanya, harus membuat lima karya ilmiah. Lagi-lagi ia LOLOS dengan mudahnya, dengan mottonya “ada uang semua beres”. Ia membayar orang dalam untuk dibuatkan karya ilmiah. Alhasil, ia LOLOS dan mendapatkan gelar tersebut.
Mendapatkankan gelar IV-b teryata masih belum puas, ia ingin menduduki kursi sebagai ketua. Mottonya sekarang sudah mulai bertambah, yaitu “ada uang semua beres, ada dukun pasti LOLOS”. Setelah curhat dengan Mbah Suryo, ia menukar tempat duduknya dengan milik tempat duduk ketua. Alhasil, ketua tersebut lengser kemudian diganti oleh Ayah Santi.
Kali ini, Ayah Santi sudah mulai was-was, gossip-gosip sudah disebarkan oleh mantan ketua Bu Endang dan banyak anak buahnya yang minta untuk naik pangkat. Ia mulai tak tenang, jabatanya sekarang sudah menjadi kepala, mengatikan Pak Mandori. Anak-anaknya meminta kendaraan, seperti Randi, Dian, dan Santi. Satu hal yang menarik dari Ayah Santi, seburuk-buruk apapun ia, ia tidak lupa tentang pelajaran sejarah.
Semasa, pensiunan Ayah Santi, ia dijaga oleh Santi anaknya. Setiap hari ia pergi ke luar rumah dengan alasan “ngantor” padahal hanya jalan-jalan di depan kantor. Suatu saat ia tidak LULUS pergi ke kantor. Santi tiba-tiba demam, alhasil ia tidak jadi pergi. Mungkin, dengan kejadian tersebut, ia sadar dan dimasa-masa hidupnya semoga ia menanamkan dihati kata “LULUS” bukan “LOLOS”.

Paket Mayat


(Hlm. 147-157)
Oleh: Rachmat Utomo

Elegi Perjalanan Suparjan

Paket mayat merupakan pengiriman paket yang berliku-liku, maksudya keluarga korban dibelit-belikan dengan segala urusan mengenai pengiriman paket tersebut. TKI merupakan momok bagi Negara Indonesia yang sampai saat ini para pekerja terlunta-lunta di negri orang. Sama halya dengan salah satu pekerja TKI di Malaysia bernama Suparjan yang dituangkan dalam sebuah cerpen berjudul “Paket Mayat” karya Soim Anwar.
Suparjan merupakan pekerja illegal, maksudya hidupnya sering diombang-ambing ketidak pastian, dikerjar-kejar polisi berkulit hitam tak kenal lelah. Semakin melawan bisa-bisa dikelurkan senjata kecil bersuara tajam ke arah Suparjan. Kemudian ia di seret dan di ujung-ujungya dimasukan ke dalam peti. Dalam hal ini, memang susah menjadi TKI yang berkerja di luar negri, terutama bagi TKI yang memilih jalan pekerja illegal. Hal itu disebabkan bobroknya pengurusan TKI di Negri sendiri, seperti pungutan liar, terlalu lama pengiriman ke luar Negri, mungkin karena inilah Suparjan memilih pekerja illegal.
Keluarga Suparjanpun menunggu di bandara untuk memulangkan peti mayatk ke kampung halamannya. Sudah 9 bulan Suparjan bekerja di Malaysia, namun berujung kematian. Padahal dulu sudah disarankan masuk ke jalur resmi, malah memilih jalur gelap yang justru sebelum masuk ke tempat tujuan terdapat penderitaan, seperti berenang, mengendap-endap di bibir pantai, menunggu sindikat pekerja liar, sampai diperas oleh supir taksi. Dari cerita di atas, mungkin Suparjan dirasa menyesal memilih jalur pekerja illegal. Suparjan tidak mendegarkan kata kakak iparnya yang memilih jalur resmi.
Setelah perjuangan keras Suparjan, ia diterima  jadi kuli proyek bangunan Hotel Seri Malaysia. Namun, tidak membuat pekerja illegal tersebut aman, jika sepi di tempat bangunan tersebut, para pegawai lari berhamburan dari kerajaran polisi, dan masalah simpang siur gaji yang dikorupsi oleh sesama warga Negara sendiri. Seperti dalam kutipan: Brodin, Roji dan Kajil adalah contohnya. Mereka tega membawa lari uang jerih payah para pekerja”. Korupsi memang tidak bisa terlelakkan, jika seseorang lemah imanya maka segala hal yang negatif akan tetap dilaksanakan. Tidak hanya ketiga mandor tersebut, bahkan pejabat atau pegawai yang mengurusi TKI mungkin juga melakukan hal sama, sehingga selalu menyesengsarakan pekerjanya.
Sebulan telah berlalu, kabar duka meyelimuti adik ipar Suparjan. Dikabarkan “Suparjan kecelakaan dan meninggal”. Jika ditanya mengenai kecelakaan yang menimpa Suparjan, mereka hanya menggelengkan kepala. Inilah ironis dari TKI di luar negri, mereka takut berkata, jika berkata takut dipenjara. Setelah kematian Suparjan, gajinya belum dibayar, ditambah lagi pengurusan pemulangan jenazah yang berliku. Adik ipar Suprjanpun was-was dengan peti jenazah yang tidak tanpa dimasukan ke dalam pesawat, padahal calon penumpang disuruh masuk ke dalam pesawat untuk landing ke Juanda. Setibanya di Juanda, adik ipar Suparjan hanya bisa merenung melihat penderitaan tenaga kerja Indonesia yang hidupya terombang-ambing di luar negri. Semoga ketika pulang dari TKI tidak menjadi paket mayat. Inilah sekilas cerita salah satu penderita pekerja TKI, tak heran pekerjannya sengsara karena PJKI mempunyai motto: Pejabatnya harus kaya, pekerjanya harus merana, semangat 45.

Ketika Realisme Berubah Menjadi Budaya Naturalisme dalam Sajak Palsu


Ketika Realisme Berubah Menjadi Budaya Naturalisme dalam Sajak Palsu
Karya Agus R. Sarjono

Oleh
Rachmat Utomo          095200138

Membaca sajak palsu karya Agus R. Sarjono, kita akan dihadapkan pada dunia imaji yang bersifat nyata, namun menampilkan peristiwa yang miris untuk dipahami. Dalam sajak palsu karyan Agus R. Sarjono, unsur realisme dan naturalisme sudah dapat ditebak di baris pertama sampai ketiga, meskipun secara keseluruan juga menggambarkan unsur tersebut.
Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah
dengan sapaan palsu. Lalu merekapun belajar
sejarah palsu dari buku-buku palsu. Di akhir sekolah

Dari baris pertama sampai ketiga tidak lain adalah menggambarkan suasana antara realisme dan naturalisme. Realisme dapat dikatakan menggambarkan suatu objek nyata yang mengarah kepada hal positif. Sedangkan naturalisme dapat dikatakan memiliki maksud sebaliknya dari realisme, yaitu menggambarkan suatu objek nyata yang mengarah kepada hal negatif. Dari baris pertama sampai ketiga, jika dilihat dari segi suasana tempat terlihat tutur antara murid dan guru. Namun dalam kenyataananya si murid melakukan unsur naturalisme dan guru realisme. Dalam hal ini, si murid menguntungkan diri sendiri dan merugikan si guru, sehingga kemerosotan moral terjadi kepada si murid, karena beriskap palsu kepada guru. Berbeda dengan bagian baris ketiga sampai keduabelas.
sejarah palsu dari buku-buku palsu. Di akhir sekolah
mereka terpengaruh melihat hamparan nilai mereka
yang palsu. Karena tak cukup nilai, maka berdatanglah
mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru
untuk menyerhakan amplop berisi perhatian
dan rasa hormat palsu. Sambil tersipu palsu
dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru
dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu
untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan
nilai-nilai palsu yang baru. Masa sekolah
Pada baris ketiga sampai keduabelas, unsur reaslime dikalahkan oleh naturalisme. Maksudya sama-sama menujunkkan kemerotasn moral atau kebobrokan yang dilakukan oleh si murid dan guru dalam kejadian nyata. Dalam hal ini, pengarang menggambarkan sosok guru juga pernah melakukan unsur naturalisme terhadap muridnya, dengan memberikan nilai palsu dan menerima uang suap dari muridnya.
Selanjutnya, dalam sajak palsu karya Agus R. Sarjono menggambarkan masa depan yang bersifat negatif. Dampak negatif dilakukan oleh seseorang yang sudah berbuat curang dari awal, sehingga sifat tersebut tidak bisa dihilangkan dikarenakan seseorang tersebut terasa puas dan berhasil terhadap apa yang dilakukan. Hal itu terlihat pada baris ketigabelas sampai ketiga delapan.
nilai-nilai palsu yang baru. Masa sekolah
demi masa sekolah berlalu, mereka lahir
sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu,
ahli pertanian palsu, insinyur palsu.
Sebagian menjadi guru, ilmuwan
atau seniman palsu. Dengan gairah tinggi
mereka menghamburkan ke tengah pembangunan palsu
dengan ekonomi palsu sebagai panglima
palsu. Mereka saksikan
Ramainya perniagaan palsu dengan ekspor
dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan
berbagai barang kelontong kualitas palsu.
Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus
dan hadiah-hadiah palsu tapi diam-diam meminjam juga
pinjaman dnegan ijin dan surat palsu kepada bank negri
yang dijaga pejabat-pejabat palsu. Masyarakatpun berniaga
dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Maka
uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu
sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis
yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam
nasib buruk palsu. Lalu orang-orang palsu
meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan
gagasan-gagasan palsu di tengah seminar
dan dialog-dialog palsu manyambut tibanya
demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring
dan palsu.
1998
Pada baris di atas, unsur realisme sudah tidak terjadi lagi, karena unsur dominan naturalisme lebih menjadi-jadi. Unsur tersebut disebabkan sifat manusia yang merasa kurang puas, rasa takut yang berlebihan, sehingga melakukan sesuatu yang buruk untuk kepentingan diri sendiri. Pengarang menggambarkan setiap elemen tokoh atau sebuah perusahaan dalam sajak palsu yang mencerminkan naturalisme, seperti ahli ekonom, hukum, pertanian, guru, ilmuan, insiyur, bank, pejabat dan lain sebagainya, memiliki sifat naturalisme.
Suatu kenyataan yang tak dapat dihindari bahwa, jika unsur realisme menjadi budaya naturalisme yang sudah memfosil dari kecil hingga dewasa akan sulit dihilangkan, hal itu yang terlihat dalam sajak palsu karya Agus R. Sarjono. Budaya naturalisme tersebut akan menyebabakan kemerosotan moral, kebobrokan masyarakat, yang disebabkan oleh manusia yang sering berbuat curang kepada alam semesta ini, yang sebenarnya akan menimbulkan keburukan terhadap diri sendiri. Oleh karena itu, fenomena alam yang nyata ini terjadi karena kekutan alam itu sendiri yang tidak bisa ditampung oleh setiap manusia, sehingga menyebbkan budaya naturalisme.

Sumber Sajak Palsu: http://agusrsarjono.wordpress.com/2007/02/13/sajak-palsu/
kritik_esai_sajak-palsu.html

Kritik dan Esai Sastra Perempuan Nakal Si Santi


 
Nama                           : Rachmat Utomo
Nim                             : 095200138
Kelas/Angkatan          : E/2009
Mata Kuliah                : Kritik dan Esai Sastra
Dosen                          : DR. M. Shoim Anwar, M.Pd.

Perempuan Nakal Si Santi

Kritik
Cerpen merupakan simbol sebagain tiruan alam yang tercipta dalam benak imaji setiap manusia. Seperti dalam antologi cerpen Asap Rokok di Jilbab Santi karya Soim Anwar. Judul utama diambil, dari salah satu judul antologi cerpen, yaitu Asap Rokok di Jilbab Santi. Diambilnya judul tersebut, karena di didalamnya terdapat karakter tokoh Santi yang tersesat dalam mencari arah hidup. Bahkan karakter seperti Tandijaya, teman-teman Santi, Ibu dan Ayah Santi, memperkuat hadirnya tokoh Santi dalam menuntun jalan cerita.
Sebenarnya Santi diceritakan dalam cerpen, yaitu mencari jati diri. Ia seakan-akan melarikan diri dari realitas yang ada, dengan menyepelakan hal-hal sekitar. Santi seolah-olah mencari arti hidup, dengan bergaul dengan Juli, Wawan, Agus, dan Beni, sesekali mencari cinta dengan suami orang yaitu Tandijaya.
Tokoh-tokoh yang hadir dalam judul cerpen Asap Rokok di Jilbab Santi, sengaja dihadirkan dan benar-benar dipilih oleh penyair berdasarkan realitas yang ada. Karakter-karakter di dalamnya sangatlah tidak asing di lingkungan sekitar kita, bahkan secara sosial kita anggap aneh karena pikiran dan tingkah lakunya yang tidak seperti biasanya. Santi seorang perempuan sering merokok, bahkan kedua orangtuanya pun mengetahuinya. Ia menghiraukan untuk berhenti merokok, bahkan ketika sebelum dan sesudah operasinya pun, ia tetap merokok.

Esai
Santi ketika itu dirawat di rumah sakit saat tahun baru, hanya ditemani suster yang lalu-lalang untuk sekadar merawatnya. Tiba-tiba santi merintih untuk meminta sebatang rokok. Serperti dalam kutipan “diambilnya sebatang rokok yang pangkalnya sudah keropos. Pangkal rokok itu didekatkan ke bibir Santi.”
Santi bergurau dengan teman sebaya
Mengingat masa lalunya ketika menjadi mahasiswa, Santi merupakan gadis yang dapat dikatakan nakal. Seorang perempuan yang sering bolos kuliah, hal inilah yang menyebakan Santi tidak dapat menyelesaikan kuliah di tahun seharusnya ia lulus. Apalagi Santi merupakan perempuan perokok berat. Hal inilah yang menyebakan semakin buruk citra Santi dilingkungaya, tetapi karena Santi dapat akbrab dengan temanya ia pun dapat diterima disekitarnya, dengan gurauan dan cerita kecil lucunya yang dapat membinggungan dan tertawa temanya.
Santi mencari cinta Tandijaya
Tandijaya merupakan pegawai beacukai, ia berkenalan dengan Santi di sebuah tempat dengan kondisi lingkungan yang tak lazim. Santi diceritakan perempuan nakal yang bermain dengan Tandijaya. Seperti dalam kutipan:
“Seperti biasanya, taksi sudah siap di depan hotel. Santi tetap ingin pulang sendiri. Tandijaya membuka tas di ketiak Santi. Dia memasukkanya sejumlah uang ke dalamnya.”
Santi dengan rokok terkahir
Penyakit Santi sudah mulai menjadi-jadi, dimulailah operasi dengan didampingi Ibu dan Ayahnya. Tragedi muncul ketika proses dilakuknya operasi. Datang perempuan gemuk, mencari Sinta. Ia ingin melabrak Sinta, namun bertemu dengan Ayah dan Ibu Sinta. Bertengkarlah mereka di ruang tunggu. Seperti dalam kutipan:
“Dua perempuan itu lantas aling mencakar. Sanggul perempuan gemuk dijambak oleh Nyonya Dahuri hingga lepas mengelinding ke lantai.”
Setelah kejadian tersebut, Santi mulai sadarkan diri dengan sebuah kain menutupi kepalanya. Lalu ia meminta sebatang rokok untuk terakhir kalinya, lalu dilihanya seorang suster sebuah asap mengepul di jilbab Santi.