Jumat, 07 Juni 2013

kritik dan esai kiai jogoloyo


Kiai Jogoloyo
(Hlm. 209-218)
Oleh: Rachmat Utomo

Ulama adalah panutan bagi masyarakat yang dipilih oleh masyarakat karena dirasa memiliki ilmu yang dalam tentang agama. Seperti ketika Ki Jogoloyo datang ke kampung orang-orang bersiap menyambut ke datangan sang Kiai dengan melalukan ritual kecil kebiasaan masyarakat, di antaranya seluruh jalan kampung dibersihkan, pagar-pagar di cat, Pak Lurah Harmono, Carik Kasnadi, dan Kebayan Sariban sibuki mengurui wargaya, Modin Mudlofar sibuk melatih para pemuda untuk sholawatan, Ibu-ibu PKK menyiapkan jamuan. Hal ini membuktikan kecintaan masyarakat terhadap kiai Jogoloyo.
Kecintaanya masyarakat kepada Kiai Jogoloyo, sampai-sampai bermaksud memasukkan kiai Jogoloyo ke sebuah partai politik. Kiai memang figur yang terkenal, pondoknya dikenal di mana-mana, santri yang datang dari berbagai penjuru, ludahnya dikenal mustajab, bahkan penyakit kronispun dapat disembukan. Apa lagi setelah didatangi pejabat-pejabat partai, pondoknya semakin megah. Sehingga, kiai Jogoloyo pantas masuk ke partai politik, agar dapat mensejeterahkan rakyatnya kelak.
Sekarang Kiai Jogoloyo mempunyai tugas baru sebagai politikus, kemanapun pergi Kiai orang-orang mengikutinya, disambut dengan sholawat badar, dan didapatpula yel-yel yang dilakukan oleh pengurus partai politik. Saatnya Kiai Jogoloyo berpidato di depan khalayak. Orang-orang terkagum dengan pidato Kiai, sampai-sampai salah satu pendukung Kiai berkata, “ Coblos partai Kiai”.
Saat berjalan pulang dari kampanye, Kiai berjalan menyusuri bibir sungai. Pada akhirya, karena angin saat itu bertiup dengan kencang Kiai Jogoloyo terpelantaing ke sungai. Kemudian keesokkan harinya ditulisnya di surat kabar dengan judul utama: Politikus Partai Kecemplung Kali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar