Kiai Jogoloyo
(Hlm. 209-218)
Oleh: Rachmat Utomo
Ulama adalah panutan
bagi masyarakat yang dipilih oleh masyarakat karena dirasa memiliki ilmu yang
dalam tentang agama. Seperti ketika Ki Jogoloyo datang ke kampung orang-orang
bersiap menyambut ke datangan sang Kiai dengan melalukan ritual kecil kebiasaan
masyarakat, di antaranya seluruh jalan kampung dibersihkan, pagar-pagar di cat,
Pak Lurah Harmono, Carik Kasnadi, dan Kebayan Sariban sibuki mengurui wargaya,
Modin Mudlofar sibuk melatih para pemuda untuk sholawatan, Ibu-ibu PKK
menyiapkan jamuan. Hal ini membuktikan kecintaan masyarakat terhadap kiai
Jogoloyo.
Kecintaanya masyarakat
kepada Kiai Jogoloyo, sampai-sampai bermaksud memasukkan kiai Jogoloyo ke
sebuah partai politik. Kiai memang figur yang terkenal, pondoknya dikenal di
mana-mana, santri yang datang dari berbagai penjuru, ludahnya dikenal mustajab,
bahkan penyakit kronispun dapat disembukan. Apa lagi setelah didatangi
pejabat-pejabat partai, pondoknya semakin megah. Sehingga, kiai Jogoloyo pantas
masuk ke partai politik, agar dapat mensejeterahkan rakyatnya kelak.
Sekarang Kiai Jogoloyo
mempunyai tugas baru sebagai politikus, kemanapun pergi Kiai orang-orang
mengikutinya, disambut dengan sholawat badar, dan didapatpula yel-yel yang
dilakukan oleh pengurus partai politik. Saatnya Kiai Jogoloyo berpidato di
depan khalayak. Orang-orang terkagum dengan pidato Kiai, sampai-sampai salah
satu pendukung Kiai berkata, “ Coblos partai Kiai”.
Saat berjalan pulang
dari kampanye, Kiai berjalan menyusuri bibir sungai. Pada akhirya, karena angin
saat itu bertiup dengan kencang Kiai Jogoloyo terpelantaing ke sungai. Kemudian
keesokkan harinya ditulisnya di surat kabar dengan judul utama: Politikus
Partai Kecemplung Kali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar