Nama :
Rachmat Utomo
NIM :
095200138
Kelas/angkatan : E/2009
Matkul :
Kritik dan Esai Sastra
Lima Kali Lolos,
Satu kali Tidak Lulus
Sebagai
warga yang baik dan bijak, seharusnya memberikan etika yang baik. Hal tersebut,
rupa-rupanya tidak berlaku bagi Ayah dari Santi, salah satu anak terakhirnya.
Sudah menjadi kebiasaan, Ayah Santi bersifat buruk, seperti benalu yang semakin
menjadi-jadi hingga tak tau malu. Semasa mudanya, ia tidak pandai dalam pelajaran
sekolah, sering bolos, bahkan ketika ujian akhir, ia di bantu oleh teman dan
gurunya agar dia dapat LOLOS. Alhasil, ia LOLOS dari ujian akhir sekolah.
Hebatnya Ayah Santi
yang saat mudah itu, jalan menuju kemaksiatan seperti tidak ada hambatan sama
sekali, (entah ia berdoa apa kepada Tuhanya). Lebih parahnya lagi, keburukan
tersebut di bawa hingga mencari pekerjaan. Setelah LOLOS, ia melamar menjadi
pegawai negri sipil, dengan embel-embel bantuan dari kepala kantor yang tidak
lain adalah kenalan Ayahnya, teryata ia lolos lagi dan diterima menjadi pegawai
negri.
Setelah diterima
menjadi pegawai negri, teryata untuk mendapatkan golongan III, ia harus kuliah.
Nah, lagi-lagi ia LOLOS dengan nilai sempurnya. Kuliah hanya 2 tahun, masuk
sabtu dan minggu terkadang ia jarang masuk, bahkan saat skripsipun yang membuatnya
adalah dosennya sendiri. Sekali lagi mottonya “ada uang semua beres”. Terbukti
ia LOLOS dan mendapatkan gelar S1.
Teryata golongan III
tidak membuatnya puas, ia ingin mendapatkan golongan IV-b. Syaratnya untuk
mendapatkanya, harus membuat lima karya ilmiah. Lagi-lagi ia LOLOS dengan
mudahnya, dengan mottonya “ada uang semua beres”. Ia membayar orang dalam untuk
dibuatkan karya ilmiah. Alhasil, ia LOLOS dan mendapatkan gelar tersebut.
Mendapatkankan gelar
IV-b teryata masih belum puas, ia ingin menduduki kursi sebagai ketua. Mottonya
sekarang sudah mulai bertambah, yaitu “ada uang semua beres, ada dukun pasti
LOLOS”. Setelah curhat dengan Mbah Suryo, ia menukar tempat duduknya dengan
milik tempat duduk ketua. Alhasil, ketua tersebut lengser kemudian diganti oleh
Ayah Santi.
Kali ini, Ayah Santi
sudah mulai was-was, gossip-gosip sudah disebarkan oleh mantan ketua Bu Endang
dan banyak anak buahnya yang minta untuk naik pangkat. Ia mulai tak tenang,
jabatanya sekarang sudah menjadi kepala, mengatikan Pak Mandori. Anak-anaknya
meminta kendaraan, seperti Randi, Dian, dan Santi. Satu hal yang menarik dari
Ayah Santi, seburuk-buruk apapun ia, ia tidak lupa tentang pelajaran sejarah.
Semasa, pensiunan Ayah
Santi, ia dijaga oleh Santi anaknya. Setiap hari ia pergi ke luar rumah dengan
alasan “ngantor” padahal hanya jalan-jalan di depan kantor. Suatu saat ia tidak
LULUS pergi ke kantor. Santi tiba-tiba demam, alhasil ia tidak jadi pergi.
Mungkin, dengan kejadian tersebut, ia sadar dan dimasa-masa hidupnya semoga ia
menanamkan dihati kata “LULUS” bukan “LOLOS”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar